Kisah ini berjalan dikala aku masih pertama masuk kuliah, rute Teknik Mesin. aku masih berpacaran dengan satu orang gadis yang bernama Lisa. Kami mulai berpacaran saat masih di kelas 3 SMA. Lisa sebaya denganku, meski dia lebih tua dua setengah Bulan Lisa menurutku mempunyai sifat agresif. Dahulu kala kami belum berpacaran, Lisa-lah yang mendekatiku, biarpun aku akhirnya yang berkata lebih dahulu.

Menurutku Lisa cantik. Tubuhnya kecil, tidak lebih tinggi dari bahuku. Ukuran dadanya..? Memang tidak terlalu besar, merupakan 32B. Seandainya di bandingkan dengan tubuhnya yang kecil, ukuran dadanya cukup besar. Pertama aku melihatnya, dia nampak seperti bidadari. Kecil Mungil anggun, dan gerak geriknya menarik. Namun setelah aku berpacaran dengannya, kuketahui Lisa bukanlah tipe gadis yang setia. Selama berpacaran aku tidak pernah melakukan persetubuhan dengannya. Tapi setelah aku mengetahui Lisa tidak setia, aku beralih pikiran, dan merencanakan suatu niat pembalasan kepadanya.

Hari itu, hari terakhir sebelum aku diputuskan oleh Eli, aku mengajaknya ke rumahku. Saat itu di rumahku hanya ada dua orang pembantuku. Orangtuaku sedang berangkat ke luar kota karena ada urusan keluarga, dan kakakku sedang bertolak ke hunian temannya. Di rumahku, aku menyuruh pembantuku membuatkan minuman untuknya. Kami berdua berbincang-bincang beberapa saat dan setelah itu aku mengajaknya ke balkon lantai dua. Disana aku bertanya kepadanya, apakah dia Memang lah menyukaiku. Lisa sepertinya grogi disaat mendengar pertanyaanku, dan aku terus mendesaknya. Tentu saja hasilnya dia menjawab “ya”.

Aku merangkul dan mencium keningnya. Lisa diam saja, malware maka membuatku semakin penasaran. Lalu kupeluk pinggangnya dan kucium telinga serta lehernya, sehingga aku mulai merasa Lisa terhanyut oleh permainanku. Setelah itu aku melakukan sedikit permainan padanya, dan nampaknya Lisa Memang lah terbawa nafsu, aku bertanya kepadanya.

“Lis, badan lo bagus deh. Gue lihat ya?” kataku sambil berupaya melepaskan kancing bajunya.

Ternyata Lisa melakukan perlawanan, sehingga aku memegang ke-2 tangannya dengan tangan kiriku, serta terus terhubung bajunya secara paksa. Lisa setelah itu berhenti melawan. Seluruh kancing bajunya hasilnya berhasil kubuka, namun bajunya tidak kutanggalkan. Dia nampak seksi.

Langkah Perdana aku mencium rambutnya sambil mengenggam tangannya, sementara tanganku yang lain memeluk pinggangnya. Aku suka karena nyata-nyatanya Lisa memberikan respon. Tentu saja aku tidak memperkosanya. Aku membimbingnya ke dalam, dan membawanya ke dalam kamarku. Selanjutnya aku mengakses pakaian dan celanaku, sehingga aku tinggal memanfaatkan celana dalamku. Kupeluk dia dan kucium bibirnya. Kumainkan lidahku di dalam mulutnya, dan Lisa membalas permainanku. Hebat juga, nyatanya dia sangat pandai berciuman dengan lidah. Lisa membuka celana dan bajunya, sehingga dia hanya memanfaatkan baju dalamnya saja. Mataku tidak lepas memandang belahan payudaranya yang terlihat jelas.

“Lis, buka dong..!” kataku meminta.

Lisa menurut saja. Dia membuka celana dalamnya terlebih Dulu sehingga aku dapat menyaksikan vaginanya yang dihiasi bulu hitam keriting yang cukup rimbun. Seterusnya dia membuka bra-nya, sehingga kedua payudaranya yang membulat kencang dengan puting susunya yang kemerahan terbuka polos, tegak menantang buat dilumat. Dia tersenyum dan mendekatiku. Aku selanjutnya menjilati telinga dan tengkuknya. Lisa kegelian dan tertawa kecil.

Menonton kedua payudaranya yang indah dan montok itu, hatiku tidak sabar dan ingin serentak merasakan kenikmatan ke-2 benda tersebut. Kusapukan perlahan jariku pada permukaan payudara kanannya yang halus dan lembut. Kuraba puting dan lingkaran areola-nya dengan perlahan, maka Lisa memejamkan matanya menikmati sensansi di puncak payudaranya. Kucubit perlahan putingnya dan kutarik, sehingga Lisa mengeluarkan desahan Mandek Lalu kukulum payudaranya dan kuhisap dengan kuat Seolah-olah aku menyusu padanya dan ingin menyedot seluruh isi payudaranya. Aku menyedot, mengulum, dan menggigit payudaranya bergantian, sehingga aku merasakan kepuasan dari payudara tersebut. Dengan melepaskan perasaan gemas yang telah lama Terhenti tanganku cepat mendapati payudaranya dan kuremas dengan kuat, Lisa mengaduh kesakitan. Tanganku terasa meremas daging lembut kenyal berisi jaringan kelenjar yang membuat birahiku terbakar.

“Aduh, Wil..! Pelan-pelan dong..!” jelasnya sambil mendesis kesakitan.

Aku melepaskan tanganku dan jariku masuk ke liang vaginanya. Kugesek-gesekkan jariku disana maka Lisa mengerang. Aku lalu menunduk dan menjilati vaginanya, maka Lisa mendesah dan tidak mampu berdiri. Dia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Aku terus menjilati bibir vaginanya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan utk mengakses lubang sanggamanya dan kujilati dinding vaginanya dengan cepat.

Lisa menggeliat-geliat liar sambil memegangi kepalaku.
“Ahh.. mhh.. Wil..” begitu desahannya sambil menyebut-nyebut namaku.

Aku terus beroperasi di vaginanya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Lisa. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam vaginanya, membuat Lisa tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan vaginanya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, maka Lisa semakin tidak karuan menggeliat.

Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang sangat basah oleh lendirnya, aku membawa posisi dan mengakses celana dalamku. Batang penisku sudah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya.

Dalam hati aku membatin, “Ini dia saatnya.. lo akan habis, cewek sial..!”
Aku mengangkat tubuhnya yang kecil itu dan membantingnya ke tempat tidur, maka dia telentang sambil mengaduh.

Sebelum dia sadar dengan apa yang Berlangsung aku menyodokkan penisku ke dalam vaginanya dengan cepat, sehingga dia berteriak kesakitan. Nyaman dan hangat sekali vaginanya..! Kukocok ke luar masuk penisku tanpa ampun, maka setiap tarikan masuk dan tarikan ke luar penisku membuat Lisa merasakan sakit pada vaginanya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Tiap-tiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku memperoleh kedua daging yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga Lisa menjerit setinggi langit. Tangannya mencakar tanganku, tetapi tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..!

Setelah itu sambil tetap mencengkeram kedua payudaranya dan tetap menyetubuhinya, aku memutar-mutar tanganku dengan cepat dan menarik kedua payudaranya dengan kuat.

“Lebih baik jikalau aku bisa membetot putus ke-2 payudaranya!” batinku.

Dengan pikiran seperti itu, aku membetot kedua payudaranya dengan kuat, maka sekali lagi Lisa berteriak keras. Entah apa pikiran pembantuku di bawah sana, aku tidak perduli. Lalu aku menekan ke-2 telapakku ke dadanya, sehingga kedua payudaranya tergencet dengan keras dan sekali lagi Lisa mengaduh kesakitan. Tanganku merasakan enak sekali mempermainkan ke-2 daging kenyal kembar milik Lisa tersebut.

Sementara kegiatan sanggamaku semakin cepat dan kasar, maka Lisa akhirnya terkulai lemas kehabisan tenaga menahan sakit yang dideritanya. Setelah beberapa saat aku merasakan buah zakarku geli luar biasa dan penisku berdenyut-denyut. Akhirnya aku orgasme, dan penisku menyemprotkan cairan spermaku berkali-kali ke dalam kehangatan rahimnya. Semprotan terakhir membuatku lemas dan terjatuh menindih tubuhnya.

Beberapa lama kami berdua berdiam dengan penisku masih tertancap pada lubang miliknya. Tubuh mungilnya terkulai lemas dengan denyutan jantungnya yang turun naik, menandakan dia sangat kecapaian. Rupanya tindakanku sempat membuat tubuhnya nyaris pingsan dan tidak kuasa lagi menahan sakit dan lelahnya.

Aku memperhatikan dririnya yang terbaring tidak berdaya dengan suara senyuman yang puas dalam hati.

“Benar-benar puas sudah apa yang kulakukan sekarang terhadapmu.. Heh..!” kataku dalam hati sambil kubangkit dan selanjutnya memanfaatkan pakaianku, sementara Lisa Mulai menangis tersedu-sedu dengan masih bertelanjang bulat.

Aku dapat menyaksikan beberapa second lecet akibat kekasaranku pada payudaranya.

Sambil menangis, Lisa menggunakan pakaiannya kembali. Setalah selesai dia memandangku dengan kebencian dan menamparku!

“Bajingan lo, Will! Lo maniak! Kita putus!!” makinya.

Aku hanya tersenyum mengejek. Aku maniak..? Dalam hati aku tertawa. Perduli amat..! Yang penting aku puas dan sakit hatiku terbalas.